Rabu, 24 Februari 2010

30 SECOND TO MARS : THIS IS WAR


Sebelum ‘This is War‘ rilis, 30 Second to Mars telah mengalami konflik hukum bersama label lamanya, Virgin. Mungkin berdasarkan friksi tersebut, maka lahirlah album ketiga mereka yang mengusung semangat rock menggelegar yang antemik seperti ‘This is War’.

Jared Leto (vokal, gitar, penulis lagu), yang juga terkenal sebagai aktor, membagi vokalnya dengan intensitas dalam lengkingan secara merata dalam seluruh trek album ini, dan didukung dengan penuh oleh Shannon Leto (drum) dan Tomo Miličević (gitar) yang tak kalah dahsyat dalam permainan instrumen mereka.

‘Kings and Queens’ adalah bukti nyata untuk itu. Meski kental di komposisi yang melodik, akan tetapi raungan distorsi gitar dan ketukan drum yang berdentam seakan menjadi pembukti semangat rock kumpulan ini.

Sejujurnya, rata-rata materi album ini memiliki tipologi yang mirip-mirip, sehingga unsur monoton bisa dengan mudah ditemukan, jika mendengarkan album pada suasana hati yang tidak tepat. Apalagi Leto seakan tidak lelah berteriak-teriak sepanjang album, yang bisa saja membuat lelah pendengar.

Secara umum, ‘This is War’ berisi lagu-lagu bertempo kencang, dipenuhi riff-riff gitar yang distorsif. Meski begitu lagu-lagu tersebut tetap dengan mudah dicerna karena kumpulan ini mempertahankan akor-akor yang cenderung melodius.

‘This is War’ adalah komposisi antemik yang ambisius dengan ritme yang konstan pada kecepatan nada dan vokal garang yang kemudian disambung dengan ‘100 Suns’ yang bertindak sebagai penutup untuk lagu tersebut. Gimmick choir pun disusupi untuk mengejar kesan megah. Sekumpulan fans sengaja diundang ke studio untuk mengisi peran tersebut.

Meski begitu, unsur-unsur elektronika kali ini dipresentasikan secara lebih ekstensif ketimbang di album sebelumnya, seperti ‘Hurricane’ yang bernuansa ambience diawal dan berakhir menjadi industrial mid-tempo. Sedang pada ‘Closer to the Edge’, band ini mengambil bentuk industrial secara penuh. Namun atmosfir industrial yang lebih eklektik justru ada pada ‘Stranger in a Strange Land’ yang berdurasi lumayan panjang— 6:54 menit.

‘This is War’ diproduseri oleh Flood yang sudah membidani U2, Depeche Mode, Nine Inch Nails atau Smashing Pumpkins, juga Steve Lillywhite yang pernah menangani The Rolling Stones dan U2. Melihat resume produsernya, kita bisa mengerti jika ‘30 Second to Mars’ ingin mengejar rock yang megah dan terkonsep.

Unsur-unsur post-grunge, emo, goth, metal dan rock progresif dapat ditemui dalam album ini. Dengan ‘This is War’, 30 Second to Mars seolah ingin memuaskan pendengar yang tergila-gila akan rockabilly yang bernas.

Hanya saja, mendengar album secara keseluruhan, mau tidak mau kesan repetisi menjadi sulit untuk dihindarkan, karena kemiripan antara banyak lagu. Contoh paling konkrit adalah pada ‘Vox Populi’ yang mengambil interpolasi ‘This is War’ secara sengaja, yang mungkin saja merupakan konsep dalam album ini.

Leto banyak menulis lirik-lirik yang terkesan dalam. “Where is your God?” rintihnya. Meski begitu ia tetap menyisakan ruang untuk lirih lembut yang subtil seperti “I fell apart but I got back up again,” dalam ‘Alibi’. Cocok sebagai oase ditengah hingar bingar ‘This is War’. Hanya saja terkadang lirik-lirik tersebut kadang menjadi susah untuk mendapat perhatian disaat Leto terlalu sibuk berteriak secara bombastis.

TRACK LIST:
01. Escape
02. Night of the Hunter
03. Kings and Queens
04. This Is War
05. 100 Suns
06. Hurricane
07. Closer to the Edge
08. Vox Populi
09. Search and Destroy
10. Alibi
11. Stranger in a Strange Land
12. L490

1 komentar:

Video Minggu Ini

Buka Videonya